Rabu, 01 April 2015

Sejarah Kawasan Stasiun Tawang Semarang

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Sejarah Kawasan

Stasiun Semarang Tawang (kode SMT) adalah stasiun induk di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang yang melayani kereta api eksekutif dan bisnis. Kereta api ekonomi tidak singgah di stasiun ini. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia setelah Semarang Gudang dan diresmikan pada tanggal 19 Juli 1868 untuk jalur Semarang Tawang ke Tanggung. Jalur ini menggunakan lebar 1435 mm. Pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Solo Balapan dan melanjut hingga Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta. Dulu, selain ada rel ke Stasiun Semarang Gudang, terdapat juga rel menuju Demak.


Gambar Tampak Depan Stasiun Tawang
                        Sumber : http://seputarsemarang.com/stasiun-tawang-1780/       
 
Stasiun Semarang Tawang merupakan stasiun induk di Kota Semarang yang melayani kereta api eksekutif dan bisnis, serta ekonomi. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia. Sejak pertama kali di bangun, tak banyak perubahan terjadi di Stasiun Tawang. Hampir seluruh bagian di stasiun ini tetap sama. Lapangan di depan Stasiun Tawang (sekarang menjadi Polder) juga mempunyai nilai historis yang tinggi yaitu sebagai ruang terbuka di kawasan kota lama yang difungsikan sebagai tempat upacara, olah raga, pertandingan dan sebagainya.

Gambar Tampak Depan Stasiun Tawang Masa Dulu
Sumber : http://seputarsemarang.com/stasiun-tawang-1780/ 
Stasiun Tawang merupakan pengganti Stasiun Tambak Sari milik N.I.S yang pertama. Adapun pembangunan stasiun pertama tersebut ditandai dengan upacara pencangkulan tanah oleh Gubernur Jenderal Mr. Baron Sloet van de Beele, bersamaan dengan pembentukan sistem perangkutan kereta api milik N.I.S pad atanggal 16 Juni 1864. N.I.S melayani jalur Semarang – Yogya – Solo. Setelah mengalami proses pembangunan yang tersendat-sendat akhirnya jalur pelayanan kereta api ini terselesaikan pada 10 Pebruari 1870. Berkembangnya kegiatan perdagangan menyebabkan stasiun Tambak Sari tidak memenuhi syarat lagi. Maka direncanakanlah stasiun yang baru dengan arsitek J.P de Bordes. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, stasiun ini diambil alih oleh Pemerintah Daerah Kotamadya Semarang dan diganti dengan nama Perusahaan Jawatan Kereta Api Tawang ( PJKA).
Tidak banyak perubahan yang dilakukan pada stasiun ini terutama pada bagian facade dan sampai sekarang masih terawat dengan baik. Lapangan di depan Stasiun Tawang ( sekarang menjadi Folder ) juga mempunyai nilai historis yang tinggi yaitu sebagai ruang terbuka dari kota lama yang difungsikan sebagai tempat upacara, olah raga, pertandingan dan sebaginya.
Dulu Stasiun Tawang dibangun untuk menggantikan fungsi Stasiun Tambak Sari di Pengapon yang dinilai tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan jumlah pengguna. Itu lantara pada 1870 jalur kereta Semarang-Solo-Yogyakarta selesai dibangun sehingga jumlah penumpang semakin banyak.
Pada awal pengoperasian, tidak ada rel kereta yang menghubungkan Stasiun Tawang dengan Stasiun Poncol. Sebab, kedua stasiun tersebut merupakan kopstation (stasiun ujung dari sebuah jalur rel kereta). Stasiun Tawang memiliki jalur kereta ke arah Solo dan Yogyakarta serta memiliki jalur khusus ke kantor NIS (sekarang menjadi Lawang Sewu), sedangkan Stasiun Poncol memiliki jalur ke arah Cirebon.




Gambar Perspektif Stasiun Tawang
     Sumber : https://www.wordpress.com
Selain itu, dulu Stasiun Tawang dengan Poncol adalah dua stasiun milik dua perusahaan kereta-api yang berbeda. Tawang milik NIS dan Poncol milik SCS. Kedua stasiun baru terhubung ketika masa pendudukan Jepang.
Dari kejauhan akan tampak bangunan Stasiun Semarang Tawang yang memanjang dari arah barat ke timur. Di seberang jalan terdapat polder Kota Lama yang berfungsi sebagai penampung air rob dan banjir di daerah Kota Lama.
Pada beberapa bagian atap terdapat kubah yang menunjukkan gaya arsitektur populer pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Bentuknya mirip atap Gedung PTP yang juga berada di Kota Lama Semarang.
Garis lengkung dan persegi merupakan bidang yang dominan pada ornamen dinding Stasiun Tawang. Kanopi yang menaungi pintu masuk utama, menambah kesan eksklusif stasiun ini.
Mulai Juli 2009 Stasiun Tawang ditetapkan PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI) sebagai bangunan cagar budaya. Penetapan ini dilakukan setelah ada peraturan tentang pelestarian bangunan kuno terhadap kondisi fisik stasiun. Salah satu penerapan peraturan tersebut yang kini dilaksanakan adalah restorasi Stasiun Tawang agar kualitas bangunan dan kebersihan tetap terjaga.
Rencana restorasi meliputi penggantian lapisan dinding stasiun yang sudah mulai berkerak dan retak-retak. Bahan pengganti lapisan dinding tersebut menggunakan semen abu-abu atauportland cement (PC) dan di-finishing cat tembok emulsi. Salah satu ruangan yang segera direstorasi dindingnya adalah lobi utama stasiun karena ruangan ini adalah yang paling sering digunakan pengguna jasa stasiun.

Lobi ini dirancang sesuai fungsi stasiun Semarang Tawang, yakni sebagai pintu masuk utama Kota Semarang bagi pengunjung dari luar kota. Restorasi ini menyadarkan betapa pentingnya pelestarian bangunan stasiun sebagai aset dan bagian dari sejarah perkeretapian Indonesia.
Stasiun Tawang merupakan tetengger yang penting bagi kawasan Kota Lama. Pada masa lalu terdapat sumbu visual yang menghubungkan stasiun ini dengan Gereja protestan (Blenduk). Sehingga peran stasiun ini dalam pembentukan citra kawasan sangat penting dan mampu menambah nilai kawasan. Integritas langgam arsitektur Indische sangat kuat dan banyak terpengaruh unsur lokal. Integritas kekriyaan ditampilkan dalam detil bermotif dan berwarna.
Integritas setting masih tetap seperti semula. Sedangkan integritas type bangunan merupakan ruang kantor. Integritas sesinambungan fungsi yaitu sebagai bangunan pengangkutan masih terjaga dengan baik. Kaitan bangunan dengan sejarah yaitu pembangunannya ditujukan untuk menggantikan stasiun Tambak Sari di Pengapon, dengan perancang adalah JP Bordes. Selain itu kaitan bangunan dengan sejarah perangkutan milik NIS tidak kecil. Arsitekturnya unik, dengan ciri arsitektur Indische yang bahan untuk elemen dinding yang bermotif dan berwarna menjadikan bangunan ini sangat estetis. Dilihat dari segi lansekap kota, Stasiun Tawang menambahkan kualitas dan potensi dari ruang terbuka di kawasan tersebut

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Semarang_Tawang
http://seputarsemarang.com/stasiun-tawang-1780/
http://portalsemarang.com/stasiun-tawang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar