Kamis, 11 Oktober 2012

Arsitektur dan Lingkungan


Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

Arsitek menjadi sorotan banyak pihak saat membincangkan tentang lingkungan, banyak pihak beranggapan bahwa arsiteklah yang paling banyak menyumbang kerusakan karena segala yang dibangunnya tentu telah merusak tatanan lingkungan yang ada disekitarnya. 

Padahal hal ini sepenuhnya tidak benar, banyak arsitek yang telah menyumbangkan pemikiran bagi dunia bagaimana membangun rumah tinggal ataupun gedung yang ramah lingkungan sehingga tidak terjadi global warming, dan kerusakan di alam sekitarnya. Dengan keahlian seorang arsitek maka lingkungan dapat terselamatkan dengan baik. Kini kita juga sering mendengar bagaimana sebuah rumah atau bangunan yang diistilahkan “hijau” karena memperhatikan kelestarian bagi alam.

Pada sebuah pembangunan terjadi banyak hal, seperti perubahan alam sekitar, misalnya adanya limbah tambahan, pendirian bangunan pada suatu lahan juga dapat memberikan arti bahwa hal ini berarti berkurangnya lahan hijau bagi lingkungan, adanya pembukaan baru pada suatu tempat yang hijau misalnya pembukaan lahan dan perumahan di hutan,perambahan area baru dan lain-lain yang dinilai sangat tidak bersahabat bagi bumi dan alam sekitarnya.

Untuk menghindari sama sekali tidak menggunakan alam dan sumber dayanya bagi kelestarian manusia tentulah bukan sebuah solusi yang tepat, buktinya jika manusia tidak membangun rumah tentu dia tidak akan berkonsentrasi untuk memakmurkan bumi, begitu pula jika tidak membuka lahan untuk dibuat perkebunan, atau membuka sebuah pertambangan, tentu saja tidak akan mendukung kelangsungan manusia di muka bumi ini. Kebutuhan mendasar manusia adalah sandang, pangan, dan papan (rumah tinggal), dari kebutuhan-kebutuhan inilah seorang manusia dapat hidup dengan nyaman dan teratur serta dapat berkonsentrasi memakmurkan bumi dan lingkungan.

Solusi dari permasalahan ini adalah bagaimana kita dapat memanfaatkan jasa seorang arsitek yang peduli dengan lingkungan sebagai partner kepercayaan yang dapat memberikan kita sebuah perancangan rumah yang ideal dan hijau . Perlu disadari bahwa desain-desain rumah dan bangunan yang ramah lingkungan telah menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak saat ini. Kesadaran manusia akan kebutuhan ini pun rasanya sudah semakin membaik.


Saya mengutip sebuah artiket di sebuah Majalah Nasional “SINDO” dengan judul :  

Arsitektur Tropis Cenderung Ramah Lingkungan

TREN desain rumah selalu didasari pergerakan pasar karena tren memang sering kali diusung untuk menjawab kebutuhan pasar. Seperti fashion,tren desain arsitektur selalu berganti-ganti dan tidak tetap, meskipun sebenarnya tidak selalu dibutuhkan. Itu karena memang merupakan faktor tambahan dalam desain arsitektur yang sesungguhnya. Banyak orang menyukai tren arsitektur karena dipandang bisa meningkatkan citra bangunan, terutama rumah tinggal. Beruntung bahwa tren yang sedang berjalan saat ini menuju pada pergerakan positif pada upaya pelestarian, pemanfaatan secara efektif dan pemeliharaan lingkungan.

Hal ini didasari keadaan dan kondisi bumi yang makin terpengaruh pemanasan global yang banyak memicu kesadaran arsitek untuk menciptakan desain arsitektur yang ramah lingkungan. Arsitek dari astudioarchitect Probo Hindarto menjelaskan, kesadaran akan lingkungan dalam rumah yang baik sudah makin dimiliki masyarakat.Konsep arsitektur tropis yang ramah lingkungan dan sesuai untuk orang Indonesia mulai diminati kembali dengan sentuhan lebih modern.

Dalam hal ini, tetap stylish dengan gaya modern, tapi juga hijau. Arsitektur yang tren sesaat seperti Spanyol, Mediterania atau minimalis dipandang bukan lagi tren arsitektur rumah yang esensial karena hanya merupakan tren tampilan rumah saja,tapi belum menyentuh konsep ruang yang merupakan esensi arsitektur terpenting. Desain arsitektur tropis menjadi tren karena didasari kesadaran dalam dunia desain,terutama oleh para arsitek,ilmuwan dan pencinta lingkungan hidup untuk menggunakan desain yang ramah lingkungan, hijau, dan berkelanjutan.

Konsep ini lebih didasari oleh kesadaran, karena itu dengan adanya kesadaran untuk arsitektur yang lebih hijau dan berwawasan lingkungan.” Hal ini berarti kesadaran masyarakat dan para praktisi arsitek pada umumnya sudah meningkat daripada sekedar membuat desain bangunan yang tidak berwawasan lingkungan,” jelas dia saat dihubungi Seputar Indonesia. Ciri khas desain arsitektur tropis ini adalah memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan baik.Sehingga meminimalkan kerusakan lingkungan akibat desain arsitektur.

Beberapa contoh aplikasi desain yang ‘hijau’.Misalkan saja sinar atau cahaya matahari untuk mengurangi atau menghilangkan pemakaian listrik untuk penerangan buatan. Berbagai trik desain seperti atap yang tinggi,ventilasi yang baik, unsur tanaman dan perkerasan di sekitar rumah menjadi pendukung untuk konsep ini. Selain itu, penghawaan alami yang didukung oleh desain yang tidak memerlukan AC atau penghawaan buatan,karena sudah terasa dingin dan sejuk,didukung oleh pelestarian tanah dengan menanam banyak pohon untuk penghijauan.

”Lahan yang makin sempit dan mahal harus didesain dengan seksama sehingga tetap memiliki taman yang menyegarkan area rumah,menjadi area peresapan air sehingga mengurangi banjir,” terangnya. Pembangunan yang cenderung vertikal, sehingga makin banyak lahan tersisa untuk penghijauan dan peresapan air tanah.Meskipun tidak memiliki taman di atas tanah, bisa juga menggunakan taman di atas atap dak beton,hal ini juga mulai menjadi tren, sehingga tetap ada area untuk bersantai bagi keluarga menikmati alam.

Sementara pada unsur tampilan, desain rumah pada 2010 cenderung akan mengadopsi gaya arsitektur modern dan tropis yang banyak menggunakan unsur material ekspos seperti batuan ekspos dan lapisan kayu. Ini membuat tampilannya menjadi makin segar. Sayangnya belum banyak pengembang yang membangun rumah dengan desain seperti itu. Ini karena orientasi pengembang saat ini barangkali masih 90% berorientasi pada keuntungan ekonomis dari penjualan rumah-rumah atau apartemen. Karena itu tren yang ditawarkan perumahan pengembang pada umumnya masih kalah maju selangkah daripada karya arsitek yang sudah memiliki kesadaran itu.

Hal ini karena arsitek ‘perumahan’ berbeda dengan arsitek independen, dimana arsitek yang independen 
lebih bisa mengimplementasikan berbagai konsep arsitektur tropis dan hijau tanpa terpengaruh oleh faktor keuntungan. Apabila ada pengembang yang berani menawarkan konsep arsitektur ‘hijau’ yang tidak terpengaruh unsur ekonomis bangunan,maka pengembang ini sudah mengikuti tren dunia yang berkembang saat ini.Arsitek dari PT Buanareksa Binaperkasa,Andry Hermawan menjelaskan, tren desain rumah pada 2010 lebih kepada sustainable environment dan ecological issue.

Efisiensi biaya dan energi menjadi suatu keniscayaan. Di Indonesia sendiri masih akan menganut minimalis dan tropical design,namun tidak tertutup kemungkinan berkembangnya arsitektur organik. ”Arsitektur vernakular bergaya Sunda dan Bali modern pun semakin dilirik,”ucapnya. (hermansah)

Source :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar