
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik
yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi
surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di
atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan
terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen
abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang
bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus
dan bakteri).
Arsitek menjadi sorotan banyak
pihak saat membincangkan tentang lingkungan, banyak pihak beranggapan bahwa
arsiteklah yang paling banyak menyumbang kerusakan karena segala yang
dibangunnya tentu telah merusak tatanan lingkungan yang ada disekitarnya.
Padahal hal ini sepenuhnya tidak
benar, banyak arsitek yang telah menyumbangkan pemikiran bagi dunia bagaimana
membangun rumah tinggal ataupun gedung yang ramah lingkungan sehingga tidak
terjadi global warming, dan kerusakan di alam sekitarnya. Dengan keahlian
seorang arsitek maka lingkungan dapat terselamatkan dengan baik. Kini kita juga
sering mendengar bagaimana sebuah rumah atau bangunan yang diistilahkan “hijau”
karena memperhatikan kelestarian bagi alam.

Untuk menghindari sama sekali
tidak menggunakan alam dan sumber dayanya bagi kelestarian manusia tentulah bukan
sebuah solusi yang tepat, buktinya jika manusia tidak membangun rumah tentu dia
tidak akan berkonsentrasi untuk memakmurkan bumi, begitu pula jika tidak
membuka lahan untuk dibuat perkebunan, atau membuka sebuah pertambangan, tentu
saja tidak akan mendukung kelangsungan manusia di muka bumi ini. Kebutuhan
mendasar manusia adalah sandang, pangan, dan papan (rumah tinggal), dari
kebutuhan-kebutuhan inilah seorang manusia dapat hidup dengan nyaman dan
teratur serta dapat berkonsentrasi memakmurkan bumi dan lingkungan.

Saya mengutip sebuah artiket di
sebuah Majalah Nasional “SINDO” dengan judul :
Arsitektur Tropis Cenderung Ramah Lingkungan
TREN desain rumah selalu didasari
pergerakan pasar karena tren memang sering kali diusung untuk menjawab
kebutuhan pasar. Seperti fashion,tren desain arsitektur selalu berganti-ganti
dan tidak tetap, meskipun sebenarnya tidak selalu dibutuhkan. Itu karena memang
merupakan faktor tambahan dalam desain arsitektur yang sesungguhnya. Banyak
orang menyukai tren arsitektur karena dipandang bisa meningkatkan citra
bangunan, terutama rumah tinggal. Beruntung bahwa tren yang sedang berjalan
saat ini menuju pada pergerakan positif pada upaya pelestarian, pemanfaatan
secara efektif dan pemeliharaan lingkungan.
Hal ini didasari keadaan dan
kondisi bumi yang makin terpengaruh pemanasan global yang banyak memicu kesadaran
arsitek untuk menciptakan desain arsitektur yang ramah lingkungan. Arsitek dari
astudioarchitect Probo Hindarto menjelaskan, kesadaran akan lingkungan dalam
rumah yang baik sudah makin dimiliki masyarakat.Konsep arsitektur tropis yang
ramah lingkungan dan sesuai untuk orang Indonesia mulai diminati kembali dengan
sentuhan lebih modern.
Dalam hal ini, tetap stylish
dengan gaya modern, tapi juga hijau. Arsitektur yang tren sesaat seperti
Spanyol, Mediterania atau minimalis dipandang bukan lagi tren arsitektur rumah
yang esensial karena hanya merupakan tren tampilan rumah saja,tapi belum
menyentuh konsep ruang yang merupakan esensi arsitektur terpenting. Desain
arsitektur tropis menjadi tren karena didasari kesadaran dalam dunia
desain,terutama oleh para arsitek,ilmuwan dan pencinta lingkungan hidup untuk
menggunakan desain yang ramah lingkungan, hijau, dan berkelanjutan.

Beberapa contoh aplikasi desain
yang ‘hijau’.Misalkan saja sinar atau cahaya matahari untuk mengurangi atau
menghilangkan pemakaian listrik untuk penerangan buatan. Berbagai trik desain
seperti atap yang tinggi,ventilasi yang baik, unsur tanaman dan perkerasan di
sekitar rumah menjadi pendukung untuk konsep ini. Selain itu, penghawaan alami
yang didukung oleh desain yang tidak memerlukan AC atau penghawaan
buatan,karena sudah terasa dingin dan sejuk,didukung oleh pelestarian tanah
dengan menanam banyak pohon untuk penghijauan.
”Lahan yang makin sempit dan
mahal harus didesain dengan seksama sehingga tetap memiliki taman yang
menyegarkan area rumah,menjadi area peresapan air sehingga mengurangi banjir,”
terangnya. Pembangunan yang cenderung vertikal, sehingga makin banyak lahan
tersisa untuk penghijauan dan peresapan air tanah.Meskipun tidak memiliki taman
di atas tanah, bisa juga menggunakan taman di atas atap dak beton,hal ini juga
mulai menjadi tren, sehingga tetap ada area untuk bersantai bagi keluarga
menikmati alam.
Sementara pada unsur tampilan,
desain rumah pada 2010 cenderung akan mengadopsi gaya arsitektur modern dan
tropis yang banyak menggunakan unsur material ekspos seperti batuan ekspos dan
lapisan kayu. Ini membuat tampilannya menjadi makin segar. Sayangnya belum
banyak pengembang yang membangun rumah dengan desain seperti itu. Ini karena
orientasi pengembang saat ini barangkali masih 90% berorientasi pada keuntungan
ekonomis dari penjualan rumah-rumah atau apartemen. Karena itu tren yang
ditawarkan perumahan pengembang pada umumnya masih kalah maju selangkah
daripada karya arsitek yang sudah memiliki kesadaran itu.
Hal ini karena arsitek
‘perumahan’ berbeda dengan arsitek independen, dimana arsitek yang independen
lebih bisa mengimplementasikan berbagai konsep arsitektur tropis dan hijau
tanpa terpengaruh oleh faktor keuntungan. Apabila ada pengembang yang berani
menawarkan konsep arsitektur ‘hijau’ yang tidak terpengaruh unsur ekonomis
bangunan,maka pengembang ini sudah mengikuti tren dunia yang berkembang saat
ini.Arsitek dari PT Buanareksa Binaperkasa,Andry Hermawan menjelaskan, tren
desain rumah pada 2010 lebih kepada sustainable environment dan ecological
issue.
Efisiensi biaya dan energi
menjadi suatu keniscayaan. Di Indonesia sendiri masih akan menganut minimalis
dan tropical design,namun tidak tertutup kemungkinan berkembangnya arsitektur
organik. ”Arsitektur vernakular bergaya Sunda dan Bali modern pun semakin
dilirik,”ucapnya. (hermansah)
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar